Minggu, 10 Desember 2017

HAUNTED Part 1


Sinopsis : 
Semua berawal ketika mereka iseng-iseng adu nyali di sebuah rumah angker. Tanpa mereka tahu, petaka sudah menunggu mereka di dalam sana. Apakah mereka bisa selamat atau malah berakhir tragis?
Penulis Cerita : Michan Toby
SEMUA PART TERSEDIA

Sudah 15 menit berlalu. Tapi dua temanku masih juga belum keluar dari rumah kosong itu. Akhirnya karena cemas, aku dan Tita  keluar dari mobil dengan membawa senter. Pandanganku menyapa sekeliling. rumah yang benar-benar tak terawat. Halamannya telah ditumbuhi rumput liar yang sudah tinggi. Banyak daun-daun kering dan ranting yang berserakkan. Aku dan Tita menginjakkan kaki di lantai rumah yang juga kotor. Entah mengapa aku dapat merasakan aura yang berbeda pada rumah ini.

Deritan pintu yang kubuka, bagaikan jeritan di heningnya malam. Aku dan Tita masuk ke dalam rumah itu dengan takut-takut. Dan hanya ada kegelapan yang menyapa ketika kami memasukinya. Tak ada yang namanya cahaya lampu untuk menerangi. Membuat rumah ini semakin mencekam. Hanya ada cahaya remang-remang senter yang menerangi jalan kami.

Aku sedikit meringis, ketika merasakan Tita yang memegang tangan kiriku sangat erat, bahkan kuku-kukunya yang tajam seolah dapat menusuk kedalam kulitku.

"Elsya!! Rida!! Kalian dimana?" teriakku.

"Elsya!! Rida!!

Bugh...

Kami berdua melonjak kaget, ketika mendengar suatu benda yang terjatuh. Entah apa itu.

"Suara apa tuh Cha? Aku takut," lirih Tita seperti bisikkan, namun sangat terdengar jelas.

Tita menambah satu tangan lagi untuk memegang lenganku dan semakin mempererat cekalannya padaku, dan membuatku harus menahan rasa perih. Aku yakin pasti dilenganku nanti ada bekasnya.

"Aku juga gak tahu, Ta. Kita ke atas yuk, barangkali mereka ada disana,"

"Mending balik aja yuk, Cha. Barang kali mereka udah balik ke mobil," gumam Tita yang semakin ketakutan.

"Gak mungkin, Ta. Jika mereka balik ke mobil, pasti kita tadi udah berpapasan sama mereka. Mending kita cari ke atas!"

"Tapi aku takut Cha." gumamnya lirih. Jangankan Tita, sebenarnya aku juga takut.

"Ya udah kamu balik ke mobil sendiri! Mau?" tawarku.

"Nggak, aku takut." Tita menggeleng pelan.

"Ya udah ikut aku," kataku. Tita sepertinya tak ada pilihan, sehingga dia terus mengikutiku.

"Akh....!!" Suara jeritan seseorang sangat terdengar ditelingaku. Aku hafal suara itu. Bukankah itu suara Elsya?

"Itu suara Elsya kan, Cha?

"Iya itu Elsya! Ayo cepetan, Ta!" kataku segera menarik lengan Tita menuju lantai atas mencari sumber jeritan.

Kami membuka setiap pintu ruangan yang ada dilantai atas ini. Namun hasilnya nihil. Hanya tinggal satu pintu lagi yang belum kami cek.
Tanganku memegang knop pintu yang menghubungkanku dengan ruangan ini.

Ketika pintu ruangan itu terbuka, aku sangat terkejut.

"ELSYA!!" teriakku dan Tita bersamaan.

"Cha.. To.. Lo.. Ngin gue," kata Elsya dengan nafas tersengal-sengal.

Kami berdua segera berlari ke arah jendela, tempat dimana Rida mencekik leher Elsya di tepi jendela yang terbuka. Mungkin sedikit lagi Elsya bisa terjatuh ke bawah sana. Entah apa yang terjadi pada Rida, kenapa dia hendak membunuh Elsya.

"Mati kamu! Mati!" kata Rida

Aku dan Tita segera menolong Elsya, dengan menarik lengan Rida dari leher Elsya. Tapi entah kenapa, cekalan Rida begitu kuat.

"RIDA LEPASIN!! Elsya bisa mati!!" Rida sama sekali tak menggubris kata-kata ku. Dia seolah tak mendengar apa yang ku katakan.

"DIA HARUS MATI!! MATI KAMU MATI!!"

Mataku melongo ketika Tita memegang sebuah benda tumpul menghantam punggung Rida dan membuat tubuhnya ambruk meluruh ke lantai. Aku menghela nafas lega, setidaknya kejadian yg tak di inginkan tak terjadi. Elsya selamat, ia hanya sedikit terbatuk-batuk. Tapi sekarang masalah baru timbul. Rida pingsan!

Kami bertiga memboyong Rida dari rumah ini secepat mungkin. Badannya cukup berat apalagi kami harus menuruni tangga, hingga kami harus ekstra lebih berhati-hati.

Ketika sampai di lantai bawah, Tita berjalan mendahuluiku untuk membuka pintu. Namun dia seperti kesusahan. Aneh! Kenapa pintunya bisa tertutup.

"Cepetan, Ta. Berat nih! Elo buka pintu aja susah amat sih," sewot Elsya.

"Ini pintunya susah dibuka tahu. Kayaknya pintunya kekunci,"

Kami meletakkan tubuh Rida di lantai. "Sini biar gue coba," ucap Elsya.

Elsya dan aku memegang handle pintu secara bergantian. Hasilnya sama seperti Tita. Pintu ini terkunci

"Ah sialan! 'bruk', " Elsya mengumpat sambil kakinya menendang pintu.

"Sekarang gimana? Aku gak mau mati disini. Aku mau pulang," ucap Tita dengan suara bergetar.

Aku sendiri  bingung! Tempat ini memang menyeramkan. Apalagi kami terkurung disini, entah pada siapa kami harus minta pertolongan.

"Cha aku lihat bayangan disitu, Cha. Cha, aku takut. Aku pengen pulang. Hiks!" Tita mulai tersedu menangis.

Bulu kudukku meremang. Sial, aku mulai merasa Takut! Elsya menyorotkan senter yang ia bawa. Kosong. Tak ada apapun disana.  Selain sarang laba-laba dan dinding yg kotor penuh debu.

"Nggak ada apa-apa kok, Ta. Mungkin elo salah liat kali. Lu jangan bikin tambah panik. Gw gak misa mikir kalo begini," ucap Elsya.

Kami semua berpikir. Hingga membuat suasana benar-benar hening. Mataku menyapu seluruh ruangan. Hingga mataku tertuju pada sebuah jendela.

"Ta, Sya, lihat ini. Kita keluar lewat jendela ini aja." Tunjukku berbinar.

"Ah sial jendelanya susah dibuka."

"Biar gue aja Cha," sahut Elsya.

Dengan satu hantaman senter yang dipegangnya, Elsya memukul kaca itu hingga pecah.

PRANG

BERSAMBUNG...