Jumat, 02 Februari 2018

Inilah Rumah Sakit Pencabut Nyawa, Datang Sakit Pulang Meninggal Dunia


Untuk pasien umum yang baru melakukan operasi bedah mau tak mau harus menunggu di kasur yang sudah berlumuran darah banyak dari pasien-pasien sebelumnya.

Rumah Sakit Pencabut Nyawa, Datang Sakit Pulang Meninggal Dunia
Nah loh? Jangan pernah membayangkan keadaan rumah sakit yang steril, bersih dan bebas bakteri di tempat ini, karena keadaaanya berubah 180 derajat disini. Tempat yang kumuh, ruangan yang gelap sudah menjadi pandangan setiap hari di rumah sakit tersebut.


Kurangnya bahan obat obatan, alat alat medis yang selalu kekurangan, kehabisan air atau bahkan listrik yang padam setiap hari adalah hal lumrah yang terjadi.

Fakta fakta ini ditunjukkan oleh sebuah foto jurnalis NYtimes yang sengaja berkunjung ke tempat ini untuk memastikannya apa yang terjadi, dan benar mereka menunjukkan foto foto yang mengiris hati.


Rumah Sakit Pencabut Nyawa, Datang Sakit Pulang Meninggal Dunia
Seorang pasien yang akan dioperasi harus meregang nyawa di rumah sakit tersebut karena tidak adanya alat alat mendukung untuk melakukan oper
asi dan pasien tersebut tidak sanggup untuk menunggu lebih lama lagi.

Rumah Sakit Pencabut Nyawa, Datang Sakit Pulang Meninggal Dunia
Tidak hanya itu, seorang pasien di rumah sakit Luis Razetti ini harus rela menunggu hampir setahun untuk mendapatkan jatah operasi dari rumah sakit tersebut, padahal pasien ini sudah menderita sakit kepala yang lumayan parah dan harus segera terobati.

Rumah Sakit Pencabut Nyawa, Datang Sakit Pulang Meninggal Dunia
Dr. Osleidy Camejo selaku dokter di Rumah Sakit Terburuk Luis Razetti juga tidak menampik apa yang ada di rumah sakit tersebut, dia mengatakan kematian tiga bayi setiap pagi hari hanya karena respirator di ruang bersalin rumah sakit ini mati akibat pemadaman listrik di kota tersebut.

Tak ayal pun dokter hanya bisa melakukan pertolongan maksimal secara manual yaitu, menggunakan tangan kosong untuk memompa udara ke dalam paru paru selama berjam jam, tetapi itu tidak membantu sama sekali. Kemudian malam harinya lahir empat bayi dan mengalami hal yang sama pada pagi harinya. Miris sekali penyelamatan semacam ini mustahil dapat menolong nyawa seorang bayi.

Angka kematian bayi dibawah usia satu bulan terjadi peningkatan 100 kali lipat dibandingkan rumah sakit umum milik pemerintah dan angka kematian ibu meningkat 5 kali lipat.

Rumah Sakit Pencabut Nyawa, Datang Sakit Pulang Meninggal Dunia
Pasien anak kecil yang memiliki penyakit asma harus rela digendong oleh ibunya, karena rumah sakit tersebut kehabisan kasur untuk para pasiennya. Hal yang tidak mungkin terjadi jika kita menuntut sebuah fasilitas di rumah sakit ini, kita yang harus merawat pasien kita sendiri, bukanlah perawat yang ada di rumah sakit tersebut. Karena keterbatasan perawat memungkinkan mereka akan lebih diabaikan.

Rumah Sakit Pencabut Nyawa, Datang Sakit Pulang Meninggal Dunia
Nyatanya pasien yang datang di rumah sakit ini bertambah setiap harinya, hanya karena letak dengan rumah sakit lain yang berjauhan, mereka hanya bisa pasrah melarikan ke rumah sakit Luis Razetti.

Keadaan ini diperparah karena kapasitas rumah sakit yang tidak bisa menampung lebih banyak pasien, pada akhirnya mereka harus tergeletak di koridor atau lorong lorong ruangan rumah sakit dengan alat alat medis seadanya untuk menyambung sisa sisa nyawa.
Rumah Sakit Pencabut Nyawa, Datang Sakit Pulang Meninggal Dunia
Untuk sekedar alat medis seperti infus saja, rumah sakit ini benar benar kekurangan. Tak jarang perawat menggunakan botol bekas soda untuk membagi sebuah infus kepada pasien pasiennya, cukup mengerikan apabila kita berada disana.

Ironisnya presiden venezuela mengatakan bahwa pelayanan kesehatan mereka adalah yang terbaik kedua di benua amerika selatan, padahal kenyataannya yang terjadi adalah lebih parah daripada merawat sebuah binatang.

Sumber : Kaskus