Minggu, 10 Desember 2017

HAUNTED Part 3


Sinopsis : 
Semua berawal ketika mereka iseng-iseng adu nyali di sebuah rumah angker. Tanpa mereka tahu, petaka sudah menunggu mereka di dalam sana. Apakah mereka bisa selamat atau malah berakhir tragis?
Penulis Cerita : Michan Toby
SEMUA PART TERSEDIA
Kringggg...

Suara dering handphone membuyarkan lamunan. Kutatap layar ponsel yg ada dalam genggaman. Sebersit rasa bersalah langsung mengungkung hati.  Disana tertera nama  Elsya. Sungguh sangat suatu kebetulan, aku memang ingin menghubunginya untuk meminta maaf atas kejadian tadi.

"Halo Sya, kebetulan banget kam....." belum selesai aku berbicara, seseorang di ujung sana sudah memotongnya.

"Ah maaf mbak,  saya  hanya ingin memberitahu bahwa saudari yang bernama Elsya Aprilia mengalami kecelakaan. Dan....."

BLAAARR.....

Bak disambar petir disiang bolong. Suara di ujung sana sontak membuat tubuhku mematung dan menahan nafas untuk beberapa saat karena shock. Elsya kecelakaan?!? Bagaimana bisa hal itu terjadi? Astaga, lelucon apalagi ini..


Dalam waktu 30 menit aku sudah ada di dirumah sakit. Orang yg membawa Elsya ke rumah sakit mengatakan bahwa mobil yg ditumpangi Elsya oleng sehingga menabrak pembatas jalan. Sebelum orang yg menolong Elsya pergi, dia menyerahkan handphone milik Elsya yg tadi digunakan untuk menelponku. Aku pun tak lupa mengucapkan terima kasih atas pertolongannya.

Dari tadi tubuhku cuma mondar-mandir didepan ruang UGD seperti setrikaan sambil mendumel kesal.  Kesal karena disaat seperti ini orang tua Elsya tak bisa di hubungi. Aku sudah  coba menelpon orang tuanya beberapa kali, tapi yg menjawab selalu saja operator.

Aku memang tak tahu menahu tentang orang tua Elsya. Dulu waktu kutanya, Elsya bilang bahwa orang tuanya jarang pulang kerumah karena kesibukkan masing-masing. Oleh sebab itulah, setiap aku bermain kerumahnya hanya ada pembantunya saja  yaitu Mbok Asih yg kini sedang pulang kampung karena anaknya sakit.

Oh astaga! Hampir saja aku lupa, bukannya Elsya dulu pernah bilang bahwa dia punya sepupu yg ia bilang bahwa sepupunya sangat  menyebalkan. Lebih baik aku telpon saja dia. Kalau tidak salah namanya A.. Aji.. ah iya .. iya Aji. Tapi belum sempat aku menelponnya. Tiba-tiba dokter yg menangani Elsya keluar. Segera saja kutanyakan bagaimana keadaan Elsya.


"Dokter, bagaimana keadaan teman saya? Apa dia baik-baik saja? Dia tak terluka parah, kan?" Berondongku dengan pertanyaan.

Sungguh aku benar-benar takut. Takut kalau-kalau Elsya pergi seperti Tita. Jangan sampai itu terjadi. Aku bahkan belum minta maaf atas insiden tadi siang. Dan jika dia pergi, maka seumur hidup aku akan berada dalam penyesalan. Ya Tuhan, jangan sampai itu terjadi.

Seorang laki-laki keluar dari ruangan tempat dimana  Elsya dirawat. Laki-laki itu keluar dengan wajah sendu. Ia adalah sepupunya Elsya, yg bernama Aji. Ia seorang laki-laki yg berperawakkan jangkung dengan postur tubuh yg cukup proporsional. Umurnya kalau kutaksir mungkin sekitar 25 tahun.  Sejenak aku mengagumi ketampanannya. Ia duduk disampingku. Kami berdua duduk dalam keadaan diam cukup lama. Sehingga membuat suasana menjadi hening dan  awkward.

"Mungkin bagi Elsya, saya adalah sepupu yg menyebalkan," gumamnya memecahkan keheningan diantara kami.

Aku meliriknya sebentar lalu kembali mengalihkan kembali pandanganku kedepan. "Kedua orang tuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan. Saya cuman gak mau dia merasa kesepian. Itulah sebabnya saya suka mengganggunya. Tapi sekarang dia malah terbaring dalam keadaan seperti itu" sambungnya.

Kepalaku mengangguk paham. Aku memang tidak terlalu banyak tahu tentang Elsya. Ia selalu menyembunyikan rasa kesepiannya itu di depan teman-temannya.

"Oh ya, kudengar teman kalian meninggal dunia. Saya turut berduka." Gumamnya lagi dengan bahasa formal

Aku terdiam sejenak. Otakku menerawang semuanya. Memori itu bak kepingan film yg berputar. Ku kira semuanya tidak akan seperti ini. Hanya gara-gara kami terlalu menuruti nafsu tanpa berpikir bahaya apa kedepannya yg menanti. Yah, orang bilang penyesalan memang selalu datang belakangan.

"Yah, jika saja waktu itu kami tak datang kesana. Mungkin semuanya tidak akan seperti ini," sesalku.

Laki-laki itu melirikku dengan keningnya yg berkerut dan dengan tatapan ingin tahunya,

"Maksudnya??

Aku terdiam sejenak. Berpikir sebentar. Apa aku harus menceritakannya? Aku tahu tidak semua orang mempercaya hal seperti ini. Mungkin sebagian orang yg mendengar cerita ini akan menganggapnya sebagai lelucon, seperti para polisi-polisi itu yg tidak mempercayai kami.

Orang-orang akan berpkir bahwa sekarang sudah jaman era modern dengan teknologi yg berkembang pesat. Masih saja ada yg percaya dengan cerita hantu. Bagi mereka yg tak mengalami ini mungkin akan berfikiran seperti itu. Apakah mereka pikir, makhluk-makhluk yg tak kasat mata itu peduli dengan yang namanya teknologi?

"Kok diam?" Ia bertanya padaku.

"Akh kalo aku cerita apa kamu percaya?" Tanyaku balik.

"Kenapa tidak," Gumamnya singkat.

Sebelum bercerita aku menarik nafas dalam-dalam. Mataku meliriknya kembali. Disana tercetak jelas raut kesedihan yg mendalam di wajahnya yg sendu. Lalu, semua cerita peristiwa itu meluncur dari mulutku. Di mulai dari rencana kami uji nyali di rumah itu yg berakhir dengan berbagai petaka yg menimpa. Aji terdiam mendengarkanku dengan seksama. Ku harap dia mempercayai ceritaku ini. Barangkali dia bisa membantuku memecahkan masalah ini.

"Jadi teman kalian sekarang masih hilang?" Tanyanya setelah aku selesai bercerita.

"Ya begitulah," jawabku.

"Yah, ceritanya memang cukup sulit di percaya. Tapi Elsya adalah sepupuku. Jika cerita kamu itu benar. Maka kalian dalam bahaya. Saya akan coba  membantu kamu," ujarnya.

Aku meliriknya sebentar dengan tatapan lega. "Terima kasih!" ucapku.

"Tapi ngomong-ngomong kamu jangan bicara seformal itu," protesku. Dan Ia pun hanya tertawa renyah.

Sesuai janji yg ia buat, esoknya setelah orang tua Elsya datang. Mas Aji membantuku mencari informasi. Aku memanggilnya mas, karena memang umurnya lebih tua dariku. Lagipula ia yg meminta supaya aku memanggilnya seperti itu, karena dia bilang bahwa ia masih keturunan jawa.

"Mang boleh tanya gak?" Tanyaku pada amang tukang bakso.

Sekarang kami sedang duduk di pinggir jalan untuk makan bakso yg lokasinya tak jauh dari rumah kosong itu.

"Bolehlah neng. Mau nanya apa. Nanti mamang bakalan jawab." Jawabnya ramah.

"Mamang tahu gak tentang rumah angker yg ada di ujung jalan itu?"tanyaku.

"Mamang sih gak terlalu tahu banyak, Neng. Soalnya mamang tinggal disini belum cukup lama. Tapi konon katanya menurut orang-orang disekitar sini. Rumah itu memang angker. Ada penunggunya gituh. Mamang gak tahu benar apa nggaknya. Toh mamang sendiri belum pernah liat." jawabnya.

"Ohh, mamang emang orang mana sebelumnya?" Tanyaku.

"Mamang aslinya dari Cibiru. Sekarang tinggal disini ikut isteri. Isteri mamang kan orang sini." Jelasnya.

"Tapi belum lama ini ada sebuah kejadian. Seorang anak gadis meninggal di rumah itu. Orang-orang berpendapat itu ulah penghuni rumah angker. Yah dasar anak-anak jaman sekarang, Sukanya nantang maut," sambungnya sambil geleng-geleng kepala. Sementara aku yang mendengarnya cuma tersenyum getir.

"Terus sebelum rumahnya terbengkalai seperti itu. Siapa yg nempatin, Mang," tanya Mas Aji. Ia mungkin tahu suasana hatiku yg mendadak berubah.

"Menurut cerita yg beredar disini, dulunya rumah itu di huni oleh seorang janda kaya yg cantik. Namanya janda, kaya, cantik lagi. laki-laki mana sih yg gak suka. Tapi ada selentingan kabar yg beredar kalo hasil kekayaan yg dia dapat itu hasil pemujaan setan.

"Maksudnya seperti pesugihan gituh?" Tanya Mas Aji.

"Bisa di bilang seperti itu, den."

"Lalu?"

"Kata isteri saya, setiap setahun sekali pasti selalu aja ada laki-laki yg meninggal di rumah itu. Di bulan yg sama dan di tanggal yg sama. Yah, mungkin mereka dijadikan tumbal oleh sang empu rumah."

"Kalo boleh tahu, tanggal dan bulan apa?" Tanyaku.

"Tanggal malam 14. Pas bulan purnama. Di bulan mulud. Nah karena kejadian ini terus berkelanjutan. Warga pun mulai curiga. Hingga warga pun datang kerumah itu. Warga yg marah akhirnya malah main hakim sendiri, yah pd akhirnya perempuan itu meninggal dengan mengenaskan." Mamang tukang bakso pun mengakhiri cerita tepat dengan mangkokku yg sudah kosong.

Tiba-tiba pandanganku tertuju pada satu titik di seberang jalan. Seorang perempuan berdiri di ujung sana. Aku coba menajamkan penglihatanku. Bukannya itu Rida


"Cha ayo!" Mas Aji menepuk pundakku.

Aku meliriknya. "Ah iya mas," jawabku. Ketika aku ingin kembali memastikan,  perempuan yg berdiri di sebrang jalan pun menghilang. Tak lama Hp ku pun berbunyi, pertanda kalau ada sms yg masuk. Aku mengerutkan keningku. Sebuah sms masuk dari nomer yg tak kukenal. Aku segera membuka pesannya. Disana tertulis "Let's play game"

BERSAMBUNG...